" Kisah Yang Berujung Tak Semanis Buah Apel"

Minggu, 28 September 2014


Sore ini terlihat sangat anggun, matahari perlahan mundur dari langit berganti dengan bulan ...
Pelan tapi pasti malam pun datang menggantikan sore ....
Perlahan demi perlahan dinginnya malam menembus ke kulitku ...

Aku hanya seorang anak desa , ayah ku seorang petani . Aku hidup dengan sederhana , tapi itu tak membuatku merasa sedih. Aku bahagia bisa hidup dengan ayah , ibu , dan adikku .Kami saling tolong - menolong satu sama lain . Kami memiliki beberapa pohon apel, dan pisang di sekitar pekarangan rumah kami .

Pagi itu .........
Ku dengar suara bising mobil menderu di depan rumahku. Saat ku tengok, banyak sekali warga yang berkumpul di rumah pak RT, ternyata mereka menyambut kedatangan anaknya pak RT yang baru saja tiba dari Jakarta .
" Ratih ..... sini nak , bantu ayah" seru ayah dari belakang rumah . Ternyata ayah sedang bersiap - siap ingin ke sawah . Aku pun datang membantu ayah menyiapkan peralatan ke sawah . "nak, tolong kamu bantu ibu nanti ya berjualan buah apel kita !" ayah memintaku untuk menjual apel di pasar . "iya yah, nanti akan ku jualkan " seruku . Setelah ayah bergegas ke sawah , aku pun berusaha untuk memetik buah apel satu persatu dan aku taruh di keranjang , tiba - tiba aku merasa bebrapa buah apel ku yang ada di keranjang sebagian hilang . Aku pun berpikir keras siapa yang telah mengambil buah apel ku ....

dari bilik pagar rumah ku  , ku dengar suara berbisik - bisik.. Aku pun mengintip dan ternyata disana ada bebrapa pemuda dan beberapa anak kecil yang sedang memakan buah apel ku. "Hey , apa yang kalian lakukan, jadi kalian yang telah mencuri buah apelku dari tadi ? " kataku dengan nada rada emosi . Pemuda itu pun hanya tersenyum - senyum sambil memakan buah apel ku , dan dia hanya berkata "Apel mu sangat manis dan enak, tapi kok yang punya galak ya ?" kata pria itu . Dengan nada marah aku berteriak , " Kembalikan buah apel ku yang sudah kalian makan, kurang ajar banget sih makan apel orang sembarangan ...
"hahahaha kami ga makan sembarangan kok,  kami makan cuma belom bilang !" seru pemuda itu .
Dengan penuh emosi aku lempar beberapa buah apel ke hadapan mereka, berharap mereka akan segera pergi dari sini . Mereka pun pergi dan ternyata buah apel ku yang sudah susah payah aku petik tinggal tersisa sedikit . Aku pun bingung harus menjualnya ...

Aku pun menjual apel yang tinggal tersisa beberapa ke pasar , ternyata saat di pasar aku bertemu dengan pria yang tadi memakan buah apelku , dia menyapaku tapi aku hanya menoleh dan tak menghiraukan senyumannya karena perasaanku masih kesal atas kejadian tadi .
Tiba - tiba pria tadi datang menghampiriku dan meminta maaf kepadaku karena dia dan teman - temannya tadi telah berbuat jahat kepadaku dengan memakan buah apelku . Aku tetap terdiam tak menghiraukan perkataan pria itu . "aku dimas, maafkan aku ya tadi telah memakan buah apel mu , abis ternyata enak sih hehehe .. " seraya dimas berkata seperti itu dia pun ,menjulurkan tangannya dan meminta maaf kepadaku . Aku pun berkata "ya , tak apalah .. aku sudah memaafkanmu " ...
Dimas memberiku beberapa lembar uang , dan berkata "Ini uang sebagai ganti rugi atas buah apel yang telah aku dan teman - temanku makan tadi"... Aku pun tak enak dan menyerahkan kembali uangnya , namun dia tetap kukuh untuk memberikan uang itu kepadaku. "ya, terima kasih banyak ya" aku pun mulai akrab dengan dimas ... "Aku belom pernah melihatmu, kamu orang baru ya ? serayaku memulai pembicaraan. "Bukan, aku anaknya pak RT yang baru saja tiba di desa ini ..." kata dimas . "oh begitu .... maaf aku baru tau, dan maaf juga tadi telah melempar apel ke kamu"...

Selang beberapa bulan kemudian aku dan Dimas menjadi teman yang akrab ....
Dan aku pun memendam perasaan kepada Dimas , tapi aku tak tahu apakah Dimas mempunyai rasa yang sama terhadapku atau tidak ....

Dimas beberapa minggu lagi akan pergi meninggalkan desa ini dan kembali ke Jakarta . Aku pun menyatakan perasaanku kepada Dimas . Dimas menatapku dan mengenggam tanganku sembari berkata "Aku hanya menganggapmu sebagai seorang teman, tidak lebih dari itu . Aku sudah memiliki seseorang yang aku sayangi di Jakarta, maafkan aku Sri ..... "

Perasaanku berkecamuk , hatiku hancur berkeping - keping . Aku pun merelakan dimas kembali ke Jakarta ...  Memang kisahku ini berujung tak semanis buah apel , mungkin rasanya pahit seperti empedu . Tapi aku harus rela Dimas pergi ..... 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar